Haruskah? Pengen nulis
Hari kedua puluh lima di bulan agustus, masih di jam kerja, sembari menenggak kopi yang sebetulnya sudah habis. Hanya masih tersisa es batu yang bisa mencair dan bisa diminum walau hambar. Terdengar lagu Nala yang dinyanyikan tulus di spotify, seorang penulis blog abal-abal mencoba menumpahkan pikirannya menjadi teks. Di tahun ke-28 hidupku ini, aku merasa masih belum kebayang plan hidup seperti apa atau jalan hidup seperti apa yang harus kuambil bahkan mungkin saja sudah terlewat momen menentukan jalan hidup. Yang artinya, aku telat menentukan dan tinggal harus menjalani. Mungkin saja...
Terbersit di pikiran yang mudah lupa ini, mungkin dua hari yang lalu ketika diri ini pergi ke gym. Disana aku memandang semua orang yang ada di gym, baik yang jaraknya dekat denganku hingga di ujung sudut-sudut yang bahkan aku tidak kenal mereka siapa. Aku berpikir "pasti mereka semua punya masalah, tentu saja beda-beda." lalu aku terfokus kepada orang dengan perawakan seperti yang aku inginkan (re: body goals bgt bro) sambil berpikir "Kalau dia, apa ya kira-kira masalah yang dia hadapi? Apakah orang dengan fisik sempurna masalahnya besar atau seuprit aja?". Menarik ga sih? Pengen banget coba pelajari kehidupan orang lain sampe ke masalah apa yang mereka hadapi, bagaimana menjalani hidup mereka, kira-kira seseru apa sih?
Tapi mungkin jika kita mempelajari kehidupan orang bisa muncul penilaian subjektif ya, misal kesulitan orang itu tuh sepele ah dibanding dengan kita. Padahal orang itu merasa kesulitannya sudah level yang tinggi. Harus belajar menjadi orang yang menerima keadaan diri sendiri dulu. Sampai bisa menilai kehidupan orang lain secara objektif. Tapi, apa harus kita menelusuri kehidupan orang? Jatuhnya kaya kepo ga sih? Hahaha, skip deh gajadi.
Banjar, 25th Aug 2025
Komentar
Posting Komentar